Badan Pekerja Daerah Jawa Barat
Gereja Bethel Indonesia
Info BPD
September - Nopember
Navigation menu
© 2014 BPD JABAR GBI
BPD JABAR GBI
<< Previous page
Sekretariat :
Gedung Setyajaya Lt.3 - Ruang 11 , Jl.Pajajaran No.23 - Bogor 16143 Phone/Fax : 0251 - 8345717
sekretaris@bpdgbi-jabar.org



Doa
DI antara sekian banyak ritual agama yang ada, berdoa adalah ritual yang paling sederhana dan paling mudah untuk kita lakukan. Berdoa dapat dilakukan kapan saja, dimana saja dan dalam kondisi apa saja. Sangat mudah!

Tapi, semakin lama, semakin banyak orang meninggalkan kebiasaan berdoa. Di sisi lain, ada juga yang terlalu terbiasa berdoa, sehingga doa tak ubahnya sebuah rutinitas belaka.

Ada juga orang yang menjadikan doa sebagai ajang memamerkan kerohaniannya dengan cara berdoa menggunakan kata-kata yang indah dan manis didengar, seolah-olah dengan semakin indahnya kata-kata yang digunakan, maka doa itu akan lebih manjur atau lebih berkuasa.

Banyak juga hamba-hamba TUHAN di atas mimbar selalu menggunakan kata-kata yang rumit dalam berdoa untuk memperpanjang doa atau mempercantik doa itu. Akibatnya, terciptalah mitos di antara jemaat bahwa kalau mau berdoa haruslah menggunakan kata-kata seperti para hamba TUHAN, supaya doa itu didengar.

Maka, jangan heran jika banyak orang Kristen akhirnya merasa tidak sanggup untuk berdoa karena tak bisa merangkai kata-kata yang indah dan panjang.

Padahal, yang dibutuhkan dalam doa bukanlah rangkaian kata-kata, sebab doa lebih dari sekedar rangkaian kata-kata. Doa adalah bagaimana kita secara jujur, tulus dan penuh kerendahan hati mengungkapkan kepada TUHAN segala isi hati kita.

Tak heran, dalam alkitab kita sering menemukan beragam bentuk isi doa: ada yang menangis, ada yang tertawa; ada yang marah, ada yang mengucap syukur; ada yang kesal, ada yang gembira; ada yang putus asa, ada juga yang ceria.

Doa yang diucapkan dengan segala kejujuran, ketulusan dan kerendahan hati, sangatlah besar kuasanya.

Untuk itu, marilah kita belajar dari Daniel.

Daniel adalah seorang yang setia kepada TUHAN. Ia taat beribadah dan juga ulet dalam bekerja. Ia adalah seorang pribadi yang sangat ideal, baik secara spiritual, intelektual, moral dan bahkan secara kharisma.

Namun, pada ayat ini dikatakan, “Demi didengar Daniel, bahwa surat perintah itu telah dibuat (KETHAVA = ‘disahkan’)”

Surat perintah itu adalah hasil jebakan dari orang-orang yang membenci Daniel (Dan. 6:6). Meskipun Daniel telah menunjukkan sikap moral yang baik dan taat kepada TUHAN, bukan berarti ia bebas dari masalah.

(band. 1Ptr 5:8 - Iblis seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya)

Tidak ada manusia yang bebas dari masalah di dunia ini. Masalah tidak memandang status sosial (kaya atau miskin), kekuasaan (pemimpin atau bawahan), jenis kelamin (laki-laki atau perempuan), bahkan masalah tidak memandang kerohanian orang (taat atau tidak taat kepada TUHAN).

Masalah selalu ada dan akan terus ada meskipun kita berusaha menghindarinya.

Tetapi sikap orang percaya terhadap masalah ada dua:

    Harus berani menghadapi masalah (jangan takut)
    Jangan pernah mencari atau menambah masalah

Daniel tidak mencari masalah, tetapi ia juga tidak berusaha menambah masalah. Ketika masalah itu datang, ia menghadapinya, bukan dengan masalah baru, melainkan dengan “doa.”

“Pergilah ia ke rumahnya. Dalam kamar atasnya (LEH BE’ILLITHEH) ada tingkap-tingkap yang terbuka

(band. Mat. 6:6 “TAMEION” - “kamar”)

Berapa banyak di antara kita yang menyediakan “ruang doa” dalam hidup kita?

“Ruang doa” bukan semata-mata berbicara “tempat” melainkan juga waktu.

Bagaimana kita dapat mengatakan memiliki “tempat berdoa” tetapi tidak punya “waktu untuk berdoa”?

Doa adalah bentuk komunikasi kita dengan TUHAN. Tanpa doa, maka kehidupan kerohanian kita akan hambar.

Doa juga merupakan kekuatan orang percaya. Doa sanggup mengatasi segala masalah (persoalan) di dunia ini.

Karena itu ada beberapa rahasia dalam berdoa yang ditunjukkan Daniel:

1.   Fokus

“ke arah Yerusalem”

Kiblat doa orang Yahudi ke Yerusalem (bnd. 1Raj. 8:30,38,44,48-50;
2Taw. 6:34,38; Mzm. 5:8; Yun. 2:4; Ibr. 4:16)

Tetapi kiblat yang terutama dari setiap doa kita adalah kepada “TUHAN”

Ketika masalah itu datang, carilah “TUHAN.” Jangan pernah berusaha mencari jawaban dari tempat-tempat lain (dukun, paranormal, ramalan, dsb), sebab hanya TUHAN sajalah sumber pertolongan kita.

2.   Ketekunan

“tiga kali sehari”

Jam doa Yahudi: pagi (Mrk. 1:35), sore, dan malam (Kis. 3:1; 10:30)

"seperti yang biasa dilakukannya"

Ketekunan berbeda dengan rutinitas. Banyak orang menjadikan doa sekedar sebagai rutinitas (sebelum makan, sebelum tidur, dsb), padahal yang diperlukan adalah ketekunan.

3.   Kerendahan hati

“ia berlutut dan berdoa”

“berlutut” menunjukkan kerendahan hati. Doa yang benar adalah doa dimana kita mengakui segala kesalahan kita dan menyerahkan seluruh masalah kita kepada TUHAN.

Doa yang benar adalah doa dimana kita menempatkan diri kita sebagai “pemohon” bukan sebagai “pemaksa.” Artinya, kita menyerahkan seluruh kehendak doa itu ke dalam kehendak TUHAN. Sebab, segala rancangan TUHAN adalah indah.

4.   Ucapan Syukur

“serta memuji (yeda') TUHAN-nya”

Kata yeda' (Arm) artinya "memuji" atau bisa juga "berterima kasih" atau "bersyukur"

Mengucapsyukurlah atas segala sesuatu. Mendapat masalah bukanlah alasan bagi kita untuk menggerutu di hadapan TUHAN, melainkan hendaknya menjadi ucapan syukur bagi kita, karena dengan adanya masalah, berarti kita semakin dilatih untuk kuat menghadapinya. Amin [  ]

Selengkapnya di: http://perisai.net/alkitab/11_rahasia_doa#ixzz2pgNljax9
© PERISAI.net
www.perisai.net